Minggu, 21 Februari 2010

18 feb.... its gonna be harder!

18 feb...
Wuff... tak terasa udah lama jg aku berjalan. 24, masih belum menggenapi jalan yang masih terbentang luas di hadapanku. Kubuka lagi daftar mimpi yang kususun, merunut kembali liku peta hidup yg kugambar. Masih panjang.... Masih berliku... Masih banyak persimpangan yang butuh keputusan, jalan mana yang akan kutempuh. Masih banyak... Aku masih butuh banyak cinta untuk melengkapi puzzle hidupku. Cita, cinta, seolah meninggalkan jejaknya di jalan panjang yang harus kutempuh, semoga bermuara di kebahagiaan yang sejati, bukan hanya sesaat dan tak terjangkau waktu...

24 tahun yang lalu segalanya bermula. Di awali dengan tangis kusapa dunia, doa-doa terindah mengalir untukku dari ibu ayah dan aku tak ingin doa itu padam, bagai lagu indah yang akan terus mengiringi langkahku.

Dan tak ada cermin sejujur hati. Ia tak akan berbohong, ego tertunduk disana tanpa perlu kehilangan wibawanya, karena hati sungguh bersuara lebih lantang, lebih jujur dari rasa. Segalanya patut untuk disyukuri. Tiap detik yang terlewat, tiap langkah yang berlalu, sungguh tak ingin kusesali, segalanya hanya fragment yang siap membuatmu bermetamorposa. Terkadang rasa memanipulasi segalanya. Ia seperti werewolf berwajah dua yang siap menerkammu, menjurumuskanmu saat indah purnama berubah menjadi mimpi buruk. Dan Hati bagai teman yang selalu setia, siap sedia untuk kembali kau tanya, kejujuran akan tertumpah darinya.

24, kian berarti untukku. Barometer seberapa banyak kebaikan yang telah terselesaikan. Untuk disyukuri, bukan disesali. Karena yang telah berlalu pahit tak mungkin dapat kembali namun dapat kau perbaiki, kau hias dengan kesesuaian, niscahaya kau akan temukan permata pengalaman yang begitu berarti. Bukankah hidup untuk menjadi lebih baik? Bukan dimata orang lain, melaikankan dimata tuhan dan tentu saja di matahati kita.

Catatan-catatan tentang mimpi tak akan pernah usang. Semakin hari semakin bertambah, namun aku tak perlu risau karena dipangkuanNya akan menjadi kepasrahan tulus. BersamaNya, catatan-catatan tentang mimpiku menjadi doa-doa tulus penuh pengharapan. Dia penentu, aku hanya perencana. Disaat aku dipersimpangan, kuharap Dia terus bersuara lewat hati ini hingga aku tak akan tersesat, terjebak dalam kebodohan.

Segalanya menjadi hadiah terindah. Udara yang kuhirup, cinta yang selalu kureguk dari orang-orang sekelilingku, jalan ini, waktu ini, bahagia ini, sedih ini, segalanya patut kusyukuri. Arif mungkin masih belum terwujud dalam diri, namun ku harap akan terus menjadi motor pernggerak roda waktuku hingga senja menemukan jalannya di ujung cakrawala nanti.

Terimakasih segalanya, "cinta"....