Minggu, 11 April 2010

what my card says....

Belakangan, hati ini tak tenang... Tak tahu apa yang akan atau sedang terjadi. Awan seolah berarak tak seperti biasanya, ada yang salah dalam formasinya. Seolah awan berarak asal, berantakan,seberantakan perasaan di hati ini. Warnanya kelabu, begitu muram menularkan mood tak enak di dalam hati. sedang matahari menggantung tak berani menampakkan wujudnya, hanya cercahan cahayanya yang menembus tajam sisi-sisi awan yang menutupi. dan aku melangkah dengan langkah yang terseret, tersuasana keadaan yang seolah mengikuti persaan ini. Atau alam hanya meledekku, karena ia samasekali tak mengobati perasaan ini.

Sesampainya di rumah tak ada yang membaik. Perasaan ini masih segundah badai, mengacau habis semangat dan yang tertinggal hanya galau yang tak terlihat ujungnya. Kubasuh wajah, keganti baju dan sebatang rokok siap menenangkan, pikirku. Asap rokok pun mengepul di kamar yang terletak dilantai atas dan hampir tak bersekat itu namun galau masih tak terlihat mereda. Apa yang terjadi, apa yang akan terjadi dan apa yang sebenarnya yang membuatku begini galaunya.

Hampir setengah kotak rokok kuhisap tapi tak juga mengobati. Gelap, ternyata matahari telah benar-benar padam tertelan pekat sang malam. Samar-samar terlihat setumpuk kartu-kartu tarot yang tak terlihat begitu jelas karena sengaja lampu kamar tak kuhidupkan,hanya temaram cahaya dari lantai bawah saja yang berusaha keras merambat menerangi lantai atas. Kuraih kartu-kartu itu. Sedikit berdebu karena hampir berapa bulan ini ketertarikanku akannya meredup.

Entah apa yang mengerakkanku yang tiba-tiba mengocok kartu itu. Di dalam hati berharap kartu dapat memberikan sedikit petunjuknya. Mungkin ini udah menyalahi keangkuhanku atas ketidak percayaan terhadap kartu-kartu ini, namun lagi-lagi galau seolah memaksa, anggap saja ini iseng belaka, pikirku berharap dapat mengurangi rasa bersalah. Kukocok kartu-kartu itu. Membariskannya dalam keadaan terbalik. Dengan was-was aku membuka satu kartu yang terselip diantara tumpukan kartu-kartu. The lover. Kemudian menyusul kartu selanjutnya. The death. Dan kartu terakhir. Three swords . Sekarang ketiga kartu menunjukkan pendapatnya dihadapanku. Perasaanku semakin memburuk, ketiga kartu tak menunjukkan kebaikan. Tapi kali ini aku memilih tak percaya akan kemempuanku membaca kartu. Mungkin ramalan ini meleset, karena tiba-tiba otakku tak bs menerjemahkan kartu-kartu itu. Kartu-kartu itu belum menunjukkan masalah yang sesunggunya ku hadapi. Kubiarkan kartu-kartu itu berserak diatas meja dan aku mulai melangkah menuju tempat tidur.

Sepi mulai menyanyikan rintihannya, pedih namun menenangkan. Kupandangi lagi kartu-kartu yang kubuka. The lover. Sang pecinta. Perlahan bayang wajah seorang dewi yang sudah lama terabaikan olehku melintas di benakku. Wajah yang mengingatkanku akan cinta yang hampir meluntur ini, atau sebenarnya cinta yang bertransform menjadi cinta yang lebih luas. The death. Sang kematian. Kartu ini tak selamanya menunjukkan hal negatif, namun kartu terakhir... Three swords. Tiga pedang. Kartu patah hati, kecemburuan, sakit hati... Wajah sang dewi mulai menghantuiku...

Wujud hantu bernama galau itu mulai terlihat, menyadarkanku akan perasaan yang kerap membentur dinding hati ini. Aku harus mengakhiri segalanya dengan mengembalikannya segalanya ke dalam kubah yang dahulu pernah menaungi kami teduh dalam damai persahabatan. Aku salah, ini tak seperti yang kubayangkan dahulu dan kini aku hanya ingin mengembalikan cinta ini kepada tempat yang lebih tepat. Tempat dimana cinta ini lebih leluasa mengembangkan sayapnya dengan bebas. Bukan seperti ini, menjadi racun yang menyakiti bukan hanya aku tapi juga dia, orang yang kucintai.

The lover, The death, Three swords. Ini hanya kebetulan indah atau ini hanya bentuk kekuatan bawah sadar yang terbentuk dari perasaan gundah yang kian meluap dan tertumpah dalam kartu-kartu ini. Three sword, aku tak ingin ia mengalami apa yang dikatakan kartu yang berkesan negatif ini. Aku ingin semuanya baik-baik saja bahkan jika hubungan ini harus berakhir. Aku sungguh tak ingin kehilangan dia.

Aku memilih untuk tak mempercai apa yang telah kartu-kartu itu katakan... Semua hanya kebetulan. Di ujung bibir tertumpah doa, semoga segalanya akan baik-baik saja...