Selasa, 05 April 2011

...Biru ini tertinggal dihati...

Re created
Theres nothing you can hide from me... your eyes reflected all, just like a open window... so, let me in just like summer breeze...

Kau tahu perasaan ini, Biru. Tak ada satu pun yang dapat mengubahnya. sekalipun waktu. Tapi saat ini, tahukah kau? Aku menginginkan kau lebih dari apapun. Banyak hal yang ingin kubicarakan. Detik ini, serasa kau terus membayangi namun tak cukup mengobati, hanya menambah rasa rindu ini. Atau sesungguhnya kau telah bersukutu dengan waktu karena saat ini kurasa semua seperti melambat.

Semua terasa begitu cepat sesaat aku tersadar semua telah berakhir. Namun waktu kembali mengendur, memanjang, seolah telah berabad lama kutanggung rindu ini karena tanpa kusadari aku demikian menginginkan kau ada bersamaku. Seperti dahulu. Seperti saat kita jejaki tepian pantai ini hingga membawa kita jauh bermil-mil. Seperti saat kita urai warna keemasan senja yang menunggu tertelan cakrawala barat. Atau saat kau dan aku berdansa diringi nyanyian ombak malam di makan malam romantis ketika kuserahkan janji setiaku bersama sebuah cincin – aku melamarmu. Saat itu kita sepakat tak ada yang lebih merdu dari pada suara ombak, tak ada yang lebih nyaman dari hembusan angin di musim panas.

Kau sungguh menggilai laut. Kau selalu berfikir kalau kau adalah salah satu utusan neptunus yang tersesat di darat. Itu sebabnya kau menyukai laut, kau menyukai warna biru, kau juga berzodiak aquarius dan aku selalu menganggapnya gurauan konyolmu. Kau pun meminta sebuah rumah kayu kecil tak jauh dari pantai ini sebagai hadiah pernikahan kita. Kau teramat menyukai pantai.

Rumah itu tak sehangat yang dulu. Tanpa mu biru yang mendominasi rumah itu terlihat begitu muram, tak seperti dahulu. Karena bagiku kau lah arwah yang menghidupkan biru itu. Rumah mungil itu sedikit terabaikan olehku. Warna biru dan putih nya telah usang, termakan cuaca dan lembab angin laut. Aku berencana untuk mengecat ulang rumah itu. Mungkin akan kuganti biru yang sedikit lebih ceria karena menurutku biru yang kau pilih terlalu sendu. Kuharap kau tak marah.

Re created

Ada perasaan senang yang terselip saat kaki telanjangku menyentuh butir-butir pasir. Terasa lembut dan seolah aku turut mendengar detak jantung bumi disana, seperti yang kau katakan dulu. Tanpa kusadari perasaan yang dahulu kuanggap kekonyolan telah merasukiku dalam, perasaan biru yang kau tularkan. Mungkin dahulu aku tak terlalu peka dengan semua yang kau rasakan, aku terlalu berambisi memilikimu. Dan kini biru itu telah tinggal dihatiku, Biru.

Mungkin kisah kita terlalu singkat tapi semua teramat berharga untukku. Haruskah aku bersedih atas kepergianmu? Kala kau pergi kau memintaku untuk tak mengubur jasadmu, kau tak ingin terkubur kesepian, maka kau meminta untuk dikremasi dan kemudian abumu dilarung di laut. Karena dengan begitu impianmu berkeliling dunia akan tercapai bersama abumu yang tertelan lumba-lumba, wasiatmu telah terpenuhi.

Kau juga pernah berkata jika suatu saat aku merindukkanmu aku tak perlu repot, cukup pergi kepantai karena kau pasti akan selalu disana. Mungkin itu sedikit menjelaskan wasiatmu yang dipandang aneh oleh awam. Kau tak ingin terkubur dibawah prasati dingin yang menandai jasadmu tertidur disana, akan mengundang rasa sedih saja. Laut biru nan luas lah yang pantas menjadi tempatmu bersemayam. Laut biru yang memeluk dunia, maka dari belahan dunia manapun jika aku merindu -seperti saat ini- aku tinggal bertamasya ke pantai. Bukankah menurutmu ‘bertamasya’ terdengar lebih menyenangkan dari pada ‘berziarah’. Kau tak akan merasa sepi. Akan banyak tawa yang kau nikmati diantara riak ombak di pantai. Demikian juga yang kuharapkan. Suatu saat akanku tunjukan kepadamu bahagianya aku bersama anak-anak kita saat mengunjungimu di pantai ini.

Sambil menunggu senja turun, kususuri kembali bibir pantai, seperti yang selalu kita lakukan. Sungguh aku rindu kau disini, menemani langkahku, menggenggam kembali tangan ini. Sesaat hembusan hangat angin musim panas membelai kulitku. Tak sehangat yang kau katakan, namun cukup membuatku nyaman. Pandangku jauh menatap luasnya biru yang terbentang dihadapanku yang perlahan mulai terlihat menjingga. Sekali lagi, matahari senja memamerkan keindahannya sebelum akhirnya tertelan di cakrawala dan meninggalkan laut yang semakin terlihat misterus.

Diatas pasir putih itu ku rebahkan tubuhku, mencoba mengurai kembali kenangan-kenangan indah bersamamu. Aku semakin tak kuasa menahannya. “Hay,” kusapa kau yang seolah menemukan wujud diantara keemasan senja yang merefleksi di permukaan laut. “aku merindukanmu. Maaf karena sudah lama rasanya aku tak pernah lagi berbicara denganmu.” suara desir pasir yang tertiup angin laut menyapa lembut, diantaranya samar kurasakan suaramu turut membisik.

“Sudahkah kau berkeliling dunia? Bagai mana rasanya menunggangi lumba-lumba? Pasti menyenangkan!” ombak laut mulai merambat naik, kini dia dapat menyentuh kakiku. “Ada yang ingin kusampaikan kepadamu Biru. Saat ini aku sedang dekat dengan seorang wanita berhati emas. Aku mencintainya, Biru. Tak dapat kupungkiri, aku butuh seseorang untukku berbagi”

“Semua karena perasaanku terhadapmu begitu berlebih. Aku tak ingin semakin tenggelam bersama semua kenangan yang pernah kita rajut bersama. Kau tak perlu kawatir, kau selalu punya tempat istimewa dihatiku. Aku hanya ingin kau tahu cinta ku tak berkurang sedikitpun. Aku mencintaimu, maka izinkan aku juga mencintainya. Dia sungguh seorang perempuan berhati emas, kau juga pasti akan menyukainya.”

Biru, mungkin saat ini kau menatapku bahagia. Bertengger diantara gugusan awan yang menjingga dilembayung senja yang kutatap. Senyummu… senyummu masih menjadi penenang untukku. Dan mungkin kini senyummu menjadi bagian dari laut yang siap merobek apapun dengan badainya. Misterimu menyatu bersama magisnya suasana senja di pantai ini. Rindu ini memberat namun begitu lepas, terbawa hangatnya tiupan angin musim panas. Maka biarkan aku menangis, sekali pun kau tak pernah ingin ditangisi. Kali ini saja, biarkan aku terisak manja diatas pantaimu, biarkan airmata ini tersapu ombakmu agar tersampaikan rasa rindu yang teramat ini.

Aku berniat untuk melamarnya. Tolong jangan salah sangka, tak akan ada yang menggantikan tempatmu dihatiku. Kau teristimewa untukku, demikian juga dia. Dia yang telah mencintaiku seperti kau mencintaiku. bukan maksudku menyamakan kalian, namun cintanyalah yang kini nyata tengah berdiri di tebing pintu hati ini. Dan aku tak dapat memungkirinya, jauh didalam hatiku aku juga menginginkan cintanya.

Segala tentangmu seolah mengkristal dalam ingatanku, tak akan ada yang akan dapat mengusiknya bahkan cinta yang kupunya untuknya. Aku hanya ingin menjalani hidup ini dengan semangat baru yang lebih nyata, bukan sekedar kenangan. Maafkan aku.

Biru, aku harap kau merestui jalanku yang masih harus kutepaki ini. Karena bersamanya aku ingin mewujudkan mimpi-mimpi kita yang tertunda. Malam semakin pekat, namun laut terlihat begitu tenang. Permukaannya berubah keperakan, memantulkan cahaya bulan. Ombak yang bergulung beriringan menciumi bibir pantai, menyentuh hangat jari jemari kakiku. Aku tahu, kau merestuiku.

Aku harus segera beranjak. Terimakasih atas kisah luar bisa yang pernah kita rajut bersama. Ingatlah, kau tak akan pernah terganti olehnya atau siapapun.

Dia mungkin sudah menunggu di rumah biru itu. Disana telah kusiapkan sebuah makan malam kecil istimewa untuknya. Malam ini aku akan melamar cintanya. Dan ku ingin kau menjadi saksinya.

Sampaikan salamku untuk neptunus, jika kau bertemu dengannya disana...

Seorang wanita bergaun putih berdiri diujung perkarangan rumah biru itu. Rambut dan pita digaunnya melambai-lambai tertiup angin pantai. Menunggu pintu itu terbuka untuknya. Di wajahnya terlihat cerah, secerah malam itu. Ya, dia jatuh cinta.

[BDG.032011]

4 komentar:

aRu'waidiyyah mengatakan...

wahhh...hebat karya mu...spt membuai2 perasaan pembacanya..keep up gud work!! :)

M. Remie mengatakan...

heheheheheee. masih belajar lagi... but thanks kak dya!! silah datang kat blog pan bila ada masa, dan jangan lupa oleh-oleh comments-nya...
:-D

buBbLeGoeM mengatakan...

Hmmm...biru, my favorite colour. Gud jab dude..

M. Remie mengatakan...

Heheheheee... Thanks goem!!

Posting Komentar