Kamis, 06 Januari 2011

...Jika aku mati...

Entah setan apa yang merasuki pikiranku. Belakangan hari selalu terlintas di benakku sebuah kalimat yang mendistorsi otak, "bagaimana jika aku mati?". Kalimat yang membuat orang-orang disekelilingku terhenyak dan lebih memilih marah atau meledekku daripada menjawab pertanyaan gila yang keluar dari mulutku iseng.

Pernah satu ketika pertanyaan itu menyambangiku dan seorang sahabat saat segala topik obrolan ludes dimakan waktu yang semakin menjelang pagi. Sahabatku berfikir ia ingin mati disaat tua nanti, saat segalanya yang ingin ia cicipi dalam hidup telah tercapai. Ia ingin mati selayaknya pria baik yang punya banyak kasih. Kemudian ia bertanya kepadaku hal yang sama, seketika pikirku melayang membayangkan upacara manis apa yang akan mengakhiri langkahku di kehidupan. "Aku ingin suatu hari saat aku mati aku gak ingin dikubur... aku ingin di bakar hingga lebur menjadi abu, kemudian aku ingin abu itu di larung ke laut lepas, jadi saat semua orang yang kusayangi dirundung rindu mereka tinggal datang ke pantai dan kuharap mereka gak bersedih disana karena aku selalu merasa bahagia saat aku menatap pantai, kuharap meraka akan merasakan hal sama..." ucapku. Sahabatku hanya meringis.

Kini, saat sunyi menghampiri kesendirianku, pertanyaan gila itu kembali terlintas bersama buntut-buntutnya yang lebih gila lagi. "Bagaimana seandainya aku mati muda?? Bunuh diri??". Dan enath mengapa sedikit kesenangan tertawar bersamanya. Kesenangan akan misteri yang membuatku semakin penasaran dan bertanya-tanya, "Adakah kesenangan ini adalah pelabuhan yang sama dengan kebahagiaan yang selalu kuangap tujuanku melayari hidup ini?".

If I die young, bury me in satin
Lay me down on a bed of roses
Sink me in the river at dawn
Send me away with the words of a love song

Lord make me a rainbow, I'll shine down on my mother
She'll know I'm safe with you when she stands under my colors
Oh, and life ain't always what you think it ought to be, no
Ain't even gray, but she buries her baby

A penny for my thoughts, oh no, I'll sell 'em for a dollar
They're worth so much more after I'm a goner
And maybe then you'll hear the words I been singing
Funny, when you're dead how people start listening
 
The ballad of a dove
Go with peace and love
Gather up your tears, keep 'em in your pocket
Save them for a time when you're really gonna need them.

Aku tertegun dalam alunan sendu Band Perry... 


  *    *    *

Satu ketika kudapati diriku kedinginan dalam balutan kain putih yang kukira satin tipis. Samar-samar kudengar suara tangis mengiris diantara alunan merdu nyanyian ayat-ayat suci yang selalu mom lantunkan dan selalu berhasil membiusku dalam nyaman. Pandanganku gelap, apa gerangan yang terjadi, pikirku. Seperti kabut yang terungkap dari hadapanku, perlahan semua semakin jelas. Suara mom yang melantunkan ayat-ayat suci, semakin lama semakin terdengar begitu lirih. Kurasakan dingin semakin menyeruak, membungkusku. Dingin yang menembus relung hatiku. 

Aku mulai mencerna apa yang terjadi saat semua mulai terlihat jelas dalam pandanganku. Kudapati orang-orang berpakayan serba putih mengelilingiku. Diantaranya adalah orang-orang yang kusayang. Mereka menangis begitu sedihnya. Apa yang terjadi?, tegang mulai kurasakan namun seolah tak kurasakan lagi detak jantungku yang selalu berpacu dengan detik waktu. Ingin kuseka airmata mereka dan menyakan apa yang sedang terjadi, namun kusadari tubuhku tak dapat bergerak. Tubuhku yang dingin seolah membeku, tak dapat bergerak bahkan udara yang kuhirup terasa begitu hampa. Panik mulai menyerangku, aku teriak memanggil mereka berharap mereka segera meyadari keberadaanku namun yang keluar dari mulutku hanya hampa yang menguap sombong, tak menyisakan apapun. Sedih teramat merundungku namun airmata yang selalu bergulir hangat saat aku merasa sedih turut lenyap, tak menetes sedikitpun. Semua menyesak dihati, tak terperi.

Beberapa saat kemudian tubuh kaku dan dinginku berpindah kedalam sebuah tempat yang kukira adalah lubang. Tubuhku di baringkan diatas tanah yang menambah rasa dingin saat sejuknya menembus satin putih yang kukenakan. Dingin seolah menusuk kulit. Taburan kelopak mawar berwarna pucat menghujaniku bersama lantunan doa dan tangis orang-orang yang kusayangi. Tangis keringku menyesak tak terperi.

Perlahan tubuhku mulai ditutupi papan-papan kecil dan yang kutakutkanpun terjadi, tubuhku mulai ditutupi tanah merah kecoklatan. Aku berteriak sejadinya, teriak hampa yang sia-sia. Doa dan tangis dari orang-orang yang kusyang perlahan mulai hilang tertelan hitam. Tak ada yang tersisa lagi, hanya aku dan gelap. Sesal menumpuk, aku hanya ingin mereka tahu, betapa aku mencintai mereka dan kini cinta ini teresat, terkubur bersama jasadku yang akan segera membusuk.

Aku tersedu sejadi-jadinya. Aku akan segera bertemu dengan Sang Maha Segalanya, namun akankah Dia sudi bertemu denganku yang tak sempat menyiapkan bingkisan untukNya?. Aku semakin tersedu.

Tak ada yang dapat kulakukan lagi. Doa kuuntai, berharap Dia masih sudi mendengarku. "Ampunkan hambamu yang lalai dan hina ini ya Rab... Berikan kebahagian kepada orang-orang yang kusayangi ya Rab...", Lirih ku dalam doa yang kuucap sungguh-sungguh hingga putih kembali menyelimutiku. Kurasakan kembali hangat yang menggaris dipipiku, menyadarkanku dari lelap.

Satu persatu wajah-wajah orang yang kusayangi terlintas dipikiranku. Segera aku beranjak dari tempat tidur, berlutut, memejamkan mata dan mengadahkan tangan. Ku syukuri masih dapat ku miliki semua orang-orang yang kucintai dan mencintaiku ya Rab. Namun kusadari, Engkaulah yang lebih tahu bahagia terbaik untuk mereka. Aku berserah kepadaMu...

Kurasakan hangat airmata menggaris dipipiku...

[...if i die young... BDG.12:06.04012011]

*    *    *     

5 komentar:

buBbLeGoeM mengatakan...

Sedikit horror tp inspiratif...great job re.

Anonim mengatakan...

kematian emg mistery RE...,

"alurnya nyampe, kiasannya hidup, alunan maknanya kental sekali, ke-dramatis-anya tambahkan lagi ya, kurang sedikit ajah".

mis.:
Satu persatu wajah-wajah orang yang kusayangi terlintas dipikiranku. Segera aku terjaga, beranjak dari tempat tidur, berlutut, memejamkan mata dan menengadahkan tangan. ku lantunkan syukurku yang masih dapat ku miliki semua orang-orang yang kucintai dan mencintaiku, ya Rab.
Namun kusadari, Engkaulah yang lebih tahu bahagia terbaik untuk mereka. Aku berserah kepadaMu...

fun write, RE!

-OZ-

Anonim mengatakan...

lumayan lah RE aq suka dgn kisah ini...!emng kurang dramatis,cb dtmnbh sdkt aq rasa akn lbh perfec.


but,jgn prnh berhenti utk berkarya.
nb:tlng hurufnya jgn terbalik atau kurang ya bro,aq smpt nyendat bacanya.hehehe

IRZ

M. Remie mengatakan...

Thanks all...
@goem. thanks boy...
@OZ & IRZ. thanks sebelumya... Untuk dramatisasi gw emang gak mau muluk2 karena sekali lagi ini adalah prosa hasil curhat colongan... untuk pengetikan emang gw sedikit kurang teliti... thanks guys, jangan bosan mampir ke bog gw ya!!

Blue Girl mengatakan...

...
Andai mati adalah salah satu jalan menuju atau malah kebahagiaan itu sendiri...,
maka pilihlah cara yang paling baik!
Andai pun tak bisa memilih..,
biarkan Sang Khalik yang memilihkan buat kita.

Tinggal bagaimana kita menjalani hidup yang DIA percayakan,
menyelesaikan yang menjadi bagian kita...
Hingga akhirnya di garis finish kehidupan ini.


1 hal yang ku percaya,
bahwa bahagia bukanlah pada akhir tapi adalah PROSES!


* Keep on faith,
do the best 4 our beloved...
U're always "Man of The Macth" 4 me ;) *

Posting Komentar