Selasa, 05 April 2011

...cukup sampai disini...


http://pakistaniat.com/2008/05/08/pakistan-women-violence/
Semua harus berakhir disini. Sudah cukup, sabarku kian mengering. Tak ada lagi yang boleh melukaiku, tidak dia, tidak siapapun. 

Kupandangi wajahku dicermin yang hari kehari semakin terlihat menyedihkan. Wajah yang bukan hanya kehilangan keceriaannya tapi juga kepercayaan akan mimpi-mimpinya. Wajah yang penuh luka memar karena kepengecutannya. Pengecut karena selalu melampiaskan semua kegagalannya kepada tubuhku.

Selalu seperti ini. Selalu berakhir dengan luka yang semakin membuatku jengah. Sungguh tak pernah kusangka semua akan menjadi seperti ini. Harapan dan mimpi yang pernah kutitip bersamanya seolah menguap, menghempasku ke jalan yang semakin tiada pasti untuk terus kutempuh. Rumah tangga ini hanya satu kesalahan. Harapan yang kuharap berbuah bahagia ternyata kecewa. Dan kini hanya sesal yang tersisa.

Kudapati bayangku dicermin. Terlihat menyedihkan. kususuri luka-luka diwajahku. Tak pernah kubayangkan akan separah ini. Jauh dari semua, hatiku lebih terluka. Laki-laki yang kucinta dan mengaku mencintaiku tega melakukan semua ini. Dimana semua janji-janji yang dahulu pernah ia ucap untukku?

Terlalu banyak yang kupertaruhkan untuk hubungan ini. Mungkin dahulu yakinku dapat menguatkan tapi kini semakin tak dapat lagi kutahan, kau tak lebih dari seorang pecundang, pengecut. Bayangkan betapa terlukanya aku saat laki-laki yang kucinta mencekikku,  menyeretku saat tubuh ini tak terbungkus sehelai benangpun. Atau tahukah betapa terlukanya aku saat laki-laki yang kuharap dapat melindungi diriku justru dengan ringan melayangkan kepal tinjunya kewajahku. Bayangkan seberapa mengerikannya malam-malamku saat ia mulai mendekapku dan mencumbui tubuh yang habis babakbelur, dikala air mata masih mengendap di pelupuk. Tak ada lagi cinta disana, yang tersisa hanya rasa takut.

Sekarang bukan hanya fisikku yang ia lukai. Pecundang itu bermain cinta dibelakangku. Lebih menyakitkannya lagi, mengapa harus sahabatku sendiri. Aku tertipu sekali lagi. Mereka tak lebih dari sepasang penghianat busuk. Tak ada lagi yang dapat kupertahankan disini, tidak juga rumah tangga ini. 

Tak ada yang dapat kulakukan selain menangisi sesal. Peraduan pun tak menyisakan lelap, rasa takut terus menghantui hingga kedalam mimpi. Semua kehangatan yang pernah terjadi mengusang, kehilangan gairahnya. Sungguh yang kulakukan hanya berusaha untuk bahagia, tak lebih. Namun suratankah semua ini harus terjadi? Kesempatan dan percaya yang kuberi dibalas dengan kecewa dan luka. Aku hanya manusia, semua yang ada padaku terbatas adanya, demikian sabar ini. Aku letih berharap. Aku tak mampu lagi menahan rasa sakit ini, tak mampu lagi menerima semua perlakuan kasarmu.

Harapan yang pernah menjadi tempatku berpegang agar tetap waras kini seolah menjadi kesia-siaan. Dia menghancurkannya bekeping-keping dan semakin menyakitkan saja jika aku terus menggenggamnya. Dengan sadar aku mengakui cinta untuknya, tapi tak begini caranya. Dan aku gamang, cinta yang kupunya kian berubah. Semua berubah karena perlakuannya yang memperlakukanku jauh dari seorang yang disayang. Tak ada lagi damai yang kurasa, rumah tangga ini layaknya kepura-puraan karena tak pernah aku merasa dapat menjadi diri sendiri. Dia membatasi segalanya. Bahkan sekarang saat semua kebusukannya terungkap. 

http://www.wethewomen.org

Semua telah kuputuskan. Aku harus mengakhiri semua ini. Aku berhak untuk bahagia, setidaknya lepas dari rasa takut. Kukumpulkan kembali puing-puing harapan. Sesaat aku merasa menjadi orang paling bodoh, tak tahu harus menyesali atau malah bersyukur. Ya, bersyukur karena sekarang semua terlihat begitu jelas. Dan sekarang takkan kubiarkan waktuku terbuang sia-sia. Terlalu banyak ketertinggalan yang harus kukejar sekarang, bahagia akan selalu menanti. Diriku teramat berharga untuk terus mengendap disini.

Semua harus berakhir disini. Aku layak untuk bahagia.   

[For my lovely sister, ..yong. Semoga bahagia yang kau cari segera kau temukan.  Stop violence against women!!. BDG.032011]

3 komentar:

Anonim mengatakan...

wahhh... ngga faham bhasa Indonesia sgt tapi byk dramatic ya!

Anonim mengatakan...

Yup..stop violence to women..and go to hell for loser..

Gw pernah ngerasain yang loe rasain re..

Do'a terbaik untuk mereka smw yang menjadi korban kekerasan..

-Za-

M. Remie mengatakan...

Seeeppp dear!! Kita harus mulai aktif buat nyuarakan Stop violence against women!!

Posting Komentar