Selasa, 13 Oktober 2009

Muak!!

Ternyata semua hanya dusta. Engkau berhasil menjeratku. Engkau telah memperdayaku.

Cinta katamu?
Taik anjing!
Semua cuma dusta. Semua hanya tipudaya.

Katamu cinta?
Sampah!
Menyesal pernah kucumbu bibir dustamu itu.
Cintamu sampah!

Sungguh hebat!
Engkau menang telak.
Engkau bermain, aku terbawa hati.
Engkau tuang rasa bertuai hara, menyisakan luka menganga.

Cintamu dusta!
Tempatnya di tong sampah, bukan di hatiku.
Kusesali sampah itu pernah ada di hatiku. Rasa yang mengotori ketulusan cinta ini.

Lidahmu meliuk-liuk berkata cinta. Bibirmu monyong manyun berujar cinta. Tapi tak demikian di hatimu. Semua hanya permainan. Permainan betaruh perasaan. Siapa kalah siap-siap terluka. Cinta hanya penghias disela-sela permainan. Kucing-kucingan menjaga perasaan masing-masing.

Sialnya aku kalah. Aku yang terluka. Aku pecundangnya.
Skakmat! Aku mati ditiap langkah.
Sial!
Anjing!
Aku benci perasaan ini!

Bawa pergi semuanya. Aku muak mau muntah, namun tak kunjung tumpah. Semua menggantung, menyiksa. Kenangan tentangmu selalu siap sedia menggeretku tanpa ampun kedalam lumpur. Lumpur taik anjing! Aku muak!

Cukup sudah rasanya!
Bagiku cinta adalah doa. Wujud murni perasaan. Tak terima rasanya hati ini kau perlakukan cintaku seenak udelmu!

Perasaan ini adalah cinta dan kini kau tuba. Berharga dan kujaga. Namun benar katamu, semua cuma sampah. Sampah dari mulutmu. Aromanya siap menyeruak menyerang siapa saja. Dan sialnya, pernah kucumbu, lebih parah lagi pernah tinggal di hatiku. Sial!

Realistis, logika, rasio, pakai otak lah atau apalah! Alasanmu sungguh klasik.
Pernahkah kau dengar kata-kata “cinta tak ada logika”?

Katamu aku orang yang terlalu membawa perasaan. Aku terima. Aku bangga. Tapi jangan kau pikir aku bodoh. Logikamu kentut! Aku seorang idealis namun sungguh tak ingin lepas dari kenyataan. Bagiku logika dan perasaan punya ikatan. Saling simpul. Dengan begitu kau akan selalu memberi peluang kepada mimpi-mimpimu untuk menjadi “ada”.

Mungkin, dalam permainan ini aku yang kalah tapi engkaulah sesungguhnya si pecundang. Karena sebenarnya engkau hanya mengelak tak mengakui perasaanmu. Engkau tak berani bertaruh besar dalam permainan ini. Sungguh permainan yang tak setimpal.

Sedang aku hanya terluka dengan bonus tak terkira berharga. Setidaknya aku tak memungkiri hatiku sendiri. Tak ada yang tak mungkin kalau mimpimu campur tangan bukan? Terserah orang bilang aku pemimpi, yang pasti tak pernah kugadai logika demi menutupi kebusukan. Menjadikan logika topeng lain dari kepesimisan.

Menyesal telah kubuang waktuku untuk memikirkanmu. Sia-sia semua. Cintamu hanya sampah. Cukup sudah lagu sendu. Semua hanya akan semakin membuatku hancur dan kamu senang akan hal itu.

Bosan kuteriakkan cinta kepadamu. Hanya semakin membuatmu lupa diri seberapa hina engkau. Hanya membuatmu semakin besar kepala. Hanya semakin membuatku terlihat bodoh dihadapanmu.

Mungkin diriku memang tak sebaik dan sesempurna malaikat. Namun jangan pernah kau pandang aku rendah. Aku akan selalu mencoba setiap hal yang menurutku baik untukku. Dan kini, bangkit dari keterpurukan kutukan yang kau beri adalah satu wujud hubungan logika dan perasaan. Perasaan memberimu rasa sedang logika menerjemahkannya. Layak mungkin jika kau disebut tak berperasaan.

Makan logikamu! Aku tak butuh. Sungguh aku tak butuh!

Semua telah usai. Semua telah berlalu. Tak ada lagi lagu sendu. Engkau hanya tinggal masalalu yang akan membuatku tertawa gelak, atau bergidik jijik.

Pergi dari otakku! Bawa semua logikamu! Bawa semua sampahmu!
Aku muak! Aku bosan!
Kisahmu harus berakhir disini.
Langkahku tak boleh terhenti.
Kebahagian sudah menantiku dan tak bisa kutunggu lagi.

Satu fase telah ku lewati. Banyak hal dapat kupetik dari semua ini. Luka ini berbuah mutiara. Pelajaran hidup yang siap mengubahku menjadi manusia tangguh. Aku telah bermetamorposis dan siap terbang lebih tinggi lagi. Tak perlu berevolusi menjadi superman si manusia baja. Cukup sikepompong jelek yang berubah menjadi kupu-kupu.

Kuhapus airmata.
Cukup sudah semua.
Cinta untukmu hanya sampah!

[Wake up! Get up! Lagu sendu telah usai! : Medan : 120709 : 12.37]
   

2 komentar:

ahmad mengatakan...

woowwwww,ungkapan hati banget kayaknya tu

M. Remie mengatakan...

Heheheheheee

Posting Komentar