Selasa, 13 Oktober 2009

...sesal...

Kusadari, melihatmu tersenyum adalah kebahagiaan paling kudamba. Kebahagiaan yang terlupakan.

Seperti terbangun dari tidur panjang. Aku menemukan dirimu, belahan jiwa yang lama terabaikan. Sekian lama tak kurasa telah kutenggelamkan diri ini bersama semua hal yang kuanggap terdedikasi untukmu. Bersama hal yang tak menyisakan waktu untuk kita berdua saling berbagi. Bersama hal yang kuanggap adalah kebahagiaan untukmu. Dan ternyata aku salah.

Kau yang selalu menyelimutiku saat aku terlelap dan lupa akan segalanya, kau yang selalu setia membangunkanku dengan kecup lembut saat pagi menggusur paksa malam, kau yang selalu sabar menungguku hingga larut hanya untuk sekedar makan malam bersama. Namun tak pernah kusadari betapa berartinya waktu yang bergulir disampingmu. Kini ingin ku ulang semua itu. Aku merindukannya.

Mengapa kau biarkan diri ini terhanyut. Ataukah aku yang terlalu sibuk hingga tak menghiraukan semua pertanda yang kau beri. Kusasali segalanya. Kusesali waktu yang terlewat tanpa memikirkanmu, kusesali karena sering tak sempat mengecup keningmu saat aku akan berangkat kerja, kusesali saatku terlupa hari-hari penting dalam hidup kita, bahkan hanya untuk mengucapkan kata selamat.

Kau hanya mengalah, mencoba mengerti dan malah membuatku semakin hilang kendali. Aku lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama lembaran kertas-kertas di balik desk, berhadapan dengan komputer dan hitungan-hitungan materi, lebih memilih untuk menghabiskan waktu di klub bersama klien atau teman-teman kantor. Dan saat aku pulang hanya lelah yang kubawa, hanya tempat tidur nyaman yang kupikirkan. Aku melupakan masakan sederhana yang kau buat, selalu lupa mengucap “selamat malam, mimpi indah” padamu. Namun tak demikian denganmu. Kau selalu setia menyiapkan segalanya. Menyiapkan air hangat di bath tub, dengan piyama yang telah rapi kau letakkan diatas kasur, menjelang tidur segelas susu hangat siap menghantarku menjemput mimpi, hingga doa penuh harap yang kau selipkan dalam kecupan hangat saat aku terlelap. Kau tak berharap aku melalukan hal yang sama terhadapmu, karena tak pernah kau mengeluh. Cinta menjadi alasan. Bagimu melayaniku adalah kebahagian. Atau kau hanya mengalah.

Kini kau terbaring lemah diatas tempat tidur serba putih ini. Begitu putih hingga merambati kulit dan bibirmu. Begitupun senyum itu tak pernah pudar dari wajahmu. Senyum yang kulihat lima tahun lalu, senyum yang membuatku yakin kaulah teman hidupku, senyum yang selama ini terlupakan, tertutupi ketulusannya oleh kegilaanku akan kerja.

Kini kusadari tak ada gunanya semua ini, karena sesungguhnya ini kupersembahkan untukmu. Namun aku salah, kau tak membutuhkan semua ini. Kau butuh aku disampingmu.

Ingin ku putar waktu kembali. Memperbaiki ketidakmengertianku memahami kebahagiaan yang kau damba. Mengulangi tiap detik yang terlupakan saat bersamamu dan mengubahnya menjadi lebih baik, seperti yang kau inginkan. Ingin kuhadiahkan hati ini sepenuhnya untukmu dan kumohon kembalilah hangat. Bangkit. Jangan hanya terbaring diam di tempat yang bukan seharusnya ini. Tempat ini terlalu dingin hingga waktu terasa beku bersama jiwamu yang tertidur redup.

Buka matamu, aku memohon. Lihat aku yang kini ikut layu tanpa sinar cinta darimu. Aku lupa makan, aku lupa mandi, aku bercukur, cepat bangun dan ingatkan aku! Marahkah kau padaku? Hukumankah ini? Jika ya, biarkan aku yang berbaring disana. Biarkan aku yang menahan rasa sakit itu.

Tak akan ku biarkan keabadian merenggutmu, karena tugasmu belum selesai. Temani hidupku sekali lagi. Kau berjanji akan selalu mendampingiku hingga nanti waktu takberlaku di hidup kita. Kau berjanji tak akan pernah meninggalkanku. Cepat bangun, aku menagih janji itu!

Kubisikan “I love you” di telingamu. Kata yang lama kulupakan. Kuharap jawabmu, jangan hanya diam, katakan “I love you too”. Hanya senyap berlalu menjemput haru. Kembalilah bersinar, aku memohon! Demi semua yang pernah kita lalui bersama.

[untuk “cinta”, jangan pernah tinggalkan aku… : Medan : 190609 : 04.03]

0 komentar:

Posting Komentar